Minggu, 13 Juli 2008
Kiat aman bagi karyawan yg ingin berwirausaha
Bahwa profesi pengusaha (entrepreneur) menjanjikan peluang peningkatan
penghasilan yang berlipat? Yes, karena itulah banyak diantara kita
ingin jadi entrepreneur sukses. Bahwa profesi pengusaha memungkinkan
kita bebas finansial di hari tua karena tabungan cukup sehingga kita
bisa pensiun lebih tenang dan fokus untuk misi hidup yang lain? Betul
demikian dan sudah banyak yang membuktikan. Hanya saja memang tak
mudah menjadi entrepreneur sukses, terbukti banyak pula yang gagal.
Selain itu, tak sedikit orang yang masuk ke dunia wirausaha dengan
terburu-buru dan emosi. Tanpa pikir panjang dan pertimbangan matang ia
langsung tinggalkan pekerjaan sebelumnya yang notabene merupakan
andalan mata pencaharian keluarga. Angan-angannya langsung melambung,
membumbung, dan membayangkan hidup serba-enak bila menjadi pengusaha
sukses dengan penghasilan berlipat. Ia lupa bahwa berwirausaha juga
punya resiko, resiko gagal dan bangkrut. Ia lupa merencanakan
bagaimana seandainya ia gagal memulai. Harus diakui, banyak sekali
orang bertindak semacam ini, yang akhirnya bukannya makin bersemangat
berwirausaha namun justru menjadi antipati alias benci dan menyesal
kenapa melangkah jadi entrepreneur. Bahkan kadang jadi menyalahkan
orang lain. Apalagi kalau yang hingga cerai dengan istri atau dibenci
sanak keluarga. Cara pandang dan cara memulai entrepreneur 'yang asal
berani' seperti ini tentu saja kurang elegan.
Untuk itu ada beberapa alternatif cara aman masuk menjadi entrepreneur
sesuai yang saya tahu dari relasi-relasi saya pengusaha yang sudah
terbukti sukses. Kalau kita ingin mandiri berwirausaha alias menjadi
entrepreneur, kita tidak harus langsung cabut dari profesi lama kita.
Tidak perlu grusa-grusu. Kita harus dengan dingin membedakan antara
berani dan nekad. Apalagi kalau yang sudah punya tanggungan keluarga,
kita juga harus menimbang ada sekian jiwa yang ikut dalam gerbong kita
sehingga kalau kita salah kemudi mereka juga bisa kejeblos.
Berikut ini beberapa informasi cara yang lebih aman untuk pindah ke
kuadran entrepreneur.
Pertama; kita bisa memulai berwirausaha dengan melakukan penyertaan
saham (setor modal) di bisnis teman kita sembari kita tetap kerja dulu
di perusahaan lama kita. Jadi kita setor modal ke kawan yang punya
bisnis bagus, dan nantinya kita mendapat bagi hasil dari keuntungan.
Dari sini kita juga sekalian mulai belajar bagaimana mengelola usaha.
Pelan-pelan kita mulai aktif terjun di dalamnya dan membantu dan kerja
bareng dengan si teman itu. Kalau skala usaha joinan dengan teman itu
bagus dan penghasilan dari bagi hasil sudah bisa menutup kebutuhan
hidup kita dan keluarga, barulah kita putuskan keluar. Jadi ketika
kita keluar dari perusahaan lama tidak kaget karena tetap ada penghasilan.
Kedua, jurus menginjak dua kapal. Artinya, kita masih sebagai karyawan
di sebuah perushaaan mapan, namun di waktu yang sama juga merintis
usaha alias menjalankan usaha milik sendiri. Cara ini dimungkinkan
bagi mereka-mereka yang punya cukup waktu luang sehingga bisa nyambi.
Sebenarnya cara ini sekarang lebih dimungkinkan karena adanya HP dan
telpon yang memudahkan koordinasi. Jadi, sementara kita di kantor,
kita bisa sembari mengendalikan bisnis sendiri dari jarak jauh. Hingga
skala tertentu nyambi ini sangat dimungkinkan, namun kalau bisnisnya
mulai membesar kita pasti harus cabut. Strategi menginjak dua kapal
ini merupakan pilihan aman dan realistik. Jadi sementara satu kaki
kita masih ada di kapal milik perusahaan lain, satu kaki kita
melakukan test market untuk membangun bisnis (kapal) sendiri. Cara ini
juga paling umum dijalankan oleh para perintis usaha.
Ketiga, kalau anda tidak mau joinan dengan orang lain dan tidak bisa
berdiri di dua kapal, kita bisa berdayakan pasangan kita
(istri/suami) . Jadi, sementara kita masih kerja di perusahaan lama,
pasangan kita (istri atau suami) yang mengurusi bisnis sendiri untuk
masa-masa perintisan. Artinya sekoci pendapatan keluarga masih ada
yang bisa diandalkan, baik buat beli beras atau susu anak-anak. Kalau
usaha sendiri ini sudah jalan, silahkan saja keluar dari kerja di
perusahaan orang lain itu.
Soal tip ketiga ini saya juga punya contoh kasus riel. Ada pengusaha
sukses kawan baik saya, Pak Budiyanto Darmasatono yang beliau
pengusaha kurir ekspress yang sudah kaeryawan 2.700 orang padahal
waktu awal-awal di jakarta selulus D3 UGM juga gelantungan naik bis
kota. Waktu beliau memulai usaha, dia tidak langsung keluar dari
pekerjaan lamanya sebagai supervisor di Dinners Club, namun istrinya
dulu yang menjalan usaha. Soal ide dan konsep-konsep bisnisnya tetap
Pak Budiyanto yang memotori dan istrinya yang melakukan eksekusi.
Kalau ada meeting2 yang penting, beliau juga cuti dari kantornya dan
ikut istri melakukan presentasi ke calon klien. Jadi dia tidak gegabah
langsung cabut dari kerjaan kantor lamanya. Nah, ketika usahanya sudah
berjalan baik dan pendapatannya sudah mulai bisa diandalkan, barulah
ia keluar secara baik-baik dari perusahaan lamanya, berpamitan dengan
sopan untuk usaha sendiri. Kini bisnis sendiri yg ia komandani sudah
punya 2.700 karyawan dengan kantor operasional sudah ada di semua
propinsi di Indonesia. Yang pasti, tip ketiga ini tentu saja berlaku
untuk yang ketika akan mulai mandiri berwirausaha sudah berkeluarga,
kalau yang masih single, tentu saja pasangan Anda bisa kakak atau Adik
anda. Ini juga cara sukses dan aman untuk masuk ke kuadran
entrepreneur namun tidak mengganggu keamanan sumber penghasilan keluarga.
Keempat, kalau Anda sudah ngebet sekali untuk menjadi entrepreneur dan
yakin bakal sukses serta merasa tak perlu pakai ban serep seperti itu,
setidaknya Anda tetap bisa melakukan pengamanan lain, yakni dana
pendidikan anak. Bagaimanapun kita capek-capek kan utamanya untuk
anak. Cara ini juga dilakukan salah satu pengusaha kawan saya, Pak
Harijanto, pengusaha sepatu produsen Nike dan Piero yang punya
karyawan 9.000 orang. Ketika beliau akan menjadi entrepreneur dengan
membeli saham perusahaan dimana beliau bekerja, beliau juga
mempertaruhkan masa depannya: bisa sangat sukses namun juga bisa
menjadi miskin kalau gagal. Nah, untuk mengamankan proses untuk
menjadi entrepreneur ini, beliau dan istri mufakat: diputuskan maju
menjadi entrepreneur dengan membeli perusahaaan dimana beliau bekerja
namun sebelumnya tabungan pendidikan untuk anak tidak boleh
diotak-atik. Tabungan anak harus tetap ada dan disendirikan. Jadi
katakanlah proses menjadi entrepreneur itu gagal, dana pendidikan
anak2 tetap aman.
Jadi itu beberapa kiat aman pindah ke kuadran entrepreneur. Semoga
dengan cara itu proses transisi menjadi pengusaha sukses menjadi
melegakan semua pihak, tidak ada penyesalan-penyesal an. Silahkan
kawan2 yang ingin memulai usaha memilih jalan yang terbaik.
Kawan-kawan semua bisa meyimak lebih dalam tentang kiat-kiat menjadi
entrepreneur ini (termasuk kisah Pak Budianto Darmastono dan Pak
Harijanto) di buku terbitan Gramedia, "10 PENGUSAHA YANG SUKSES
MEMBANGUN BISNIS DARI 0" disusun Sudarmadi yang baru saja dicetak
ulang. Di buku itu kawan2 bisa belajar dari 10 pengusaha sukses yang
benar2 berangkat dari bawah.
Semoga informasi ini bermanfaat dan saya ikut berdoa semoga sukses
buat kawan2 semua.
Wassalam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Tips yang bagus ... Tapi tidak harus satu per satu 'kan?
http://admin2.melianature.net
wow tips hidup yg sangat inspiratif, memperbesar lingkaran pengaruh tanpa terbelenggu dalam lingkaran kepedulian. thanks for the info. :)
Posting Komentar