Jumat, 09 Januari 2009

Qurban sekali seumur hidup, mungkin ? mungkin!

Tebar Qurban yg di sosialisasikan oleh Dhompet Dhuafa menjadi inspriasi bagi saya untuk membuat konsep " QURBAN sekali, untuk selamanya". Waktu qurban di tahun 2008 saya sempat menyaksikan perbedaan TEBAR QURBAN & QURBAN KITA.
Kalo harga kambing Tebar qurban (kambing di sembelih di desa, dimana lokasi kambing berada) hanya Rp.777.000,- dengan berat kambing berkisar 35 kg. Sedangkan qurban kita (kambing di antarkan ke rumah kita) harganya diatas Rp.1.000.0000,-.
Saya menyimpulkan perbedaan tsb krn adanya perlu adanya beaya akomodasi kambing krn pindah lokasi, dari kampung ke kota serta beaya perawatan selama kambing tsb belum terjual.
Ide ini muncul secara tidak sengaja, ketika mudik ke kampung (Blora) ketemu dgn teman SMP-SMA yg bekerja sbg buruh bangunan. Setelah ngobrol kesana kemari, akhirnya dia cerita bhw kambing yg dimiliki dijual utk menutupi beaya rumah sakit mertua. Dengan niat utama menolong teman, saya coba tawari pola bagi hasil peternakan kambing. Dengan modal 1,5 juta, bisa di dapatkan kambing betina 2 ekor, jantan 1 ekor. Setiap 6 bulan betina kambing normalnya melahirkan 2 ekor anak kambing (masak anak kucing...hehehe). Jadi dalam 1 tahun akan didapatkan 8 ekor kambing anakan. Sedangkan utk kebutuhan qurban setiap tahun saya pribadi hanya qurban 1 ekor jantan. Ohya pola bagi hasilnya bahwa tiap anakan kambing akan dibagi 2, utk pemilik kambing & pengelola kambing. Setiap tahun jadi kiat akan mendapatkan 4 ekor kambing, sedangkan 4 ekor lainnya utk pengelola.
Saya hanya meminta tiap tahun, tolong di qurban kan 1 ekor pejantan yg sudah POEL (giginya lengkap), kemudian dibagikan ke tetangga & kaum dhuafa di sekitar rumahnya. Maklum rumahnya di dekat hutan jati.
Beres kan, jadi Qurban sekali utk selamanya bisa jalan.....bahkan hingga ajal menjemput Insya ALLAH , kambing tsb akan terus berkembang, bisa menjadi sesuatu yg berharga bagi kaum yg kurang mampu. Insya ALLAH pengelola bisa menjaga AMANAH. Amiin.
Ada ide biogas utk membantu sisi ekonomi warga kampung, dengan kotoran kambing yg dicampur 1 : 4 (kotoran kambing/sapi : air). Kemudian campuran itu dimasukkan ke dalam tabung, setelah 3-4 minggu terjadi proses fermentasi anaerobik (tanpa butuh oksigen) akan menghasilkan gas methana yg mudah terbakar. Syukur bisa dimasukkan ke tabung gas di rumah. Bisa jadi usaha baru nih.....
Siapa mau ikutan ide ini ? Silahkan kirim email via japri ya ujang.krisno@gmail.com.

Wass.